Makalah Patologi
BAB I
PENADAHULUAN
A. Latar Belakang
Patologi adalah salah satu dasar
ilmu kedokteran, dan memiliki peranan yang sangat fundamental. Sering kali
diagnosis pasti suatu penyakit ditegakkan dengan patologi (histopatologi).
Sedangkan pengertian Patologi dalam arti yang luas adalah bagian dari
ilmu kedokteran yang mengamati sebab dan akibat dari terjadinya penyakit atau
kelainan pada tubuh. Namun pengertian patofisiologi sendiri adalah reaksi
fungsi tubuh terhadap suatu penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme
adaptasi sel terdiri dari organisasi sel yaitu unit kehidupan, kesatuan
lahiriah yang terkecil menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan
dengan hidup.dan selalu berhubungan dengan karakteristik makhluk hidup yaitu :
bereproduksi, tumbuh, melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap
perubahan internal dan eksternal. Regenerasi adalah proses pertumbuhan dan
perkembangan sel yang bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau
memperbaiki bagian yang rusak. Nekrosis adalah kematian yang utama. Sel yang
mengalami kematian secara nekrosis umumnya disebabkan oleh factor
dari luar
secara langsung,misalnya : kematian sel di karenakan kecelakaan, infeksi virus,
radiasi sinar radio aktif atau keracunanzat
kimia. Tanpa adanya tekanan dari luar, sel tidak akan dapat mati secara
nekrosis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dibahas di
antaranya adalah:
1.
Pengertian
hipertropi, hyperplasia, metaplasia, displasi. Atropi.
2.
Macam-macam
contoh kelainan retrogresif
C. Tujuan
Untuk mngetahui tentang kelainan
retrogresif
D. Manfaat
Kita dapat megetahui tentang
kelainan retrogresif
BAB II
PEMBAHASAN
KELAINAN RETROGESIF
A. Pengertian Retrogresif
Kelainan
Regresif = Retrogresif
= Proses kemunduran
termasuk di dalamnya :
1. Atropi
2. Degenerasi dan Infiltrasi
3. Gangguan Metabolisme
4. Kematian sel ; Nekrosis
5. Apoptropi
6. Postmortal
7. Penimbunan pigment
8. Melanin
9. Mineral
10. Defisiensi
Setiap sel melaksanakan kebutuhan fisiologik yang normal
yang disebut Homeostasis normal. Sel memiliki fungsi dan struktur yang
terbatas, dalam metabolisme, difrensiasi, dan fungsi lainnya karena pengaruh
dari sel-sel sekitarnya dan tersedianya bahan-bahan dasar metabolisme.
Sel mendapatkan stimulus yang patologik , fisiologik dan
morphologic. Bila stimulus patologik diperbesar hingga melampaui adaptasi sel
maka timbul jejas sel atau sel yang sakit (cell injury) yang biasanya bersifat
sementara (reversible). Namun jika stimulus tetap atau bertambah besar , sel
akan mengalami jejas yang menetap (irreversible) yaitu sel yang mati atau
nekrosis. Perubahan-perubahan tersebut hanya mencerminkan adanya “cedera-cedera
biomolekuler”, yang telah berjalan lama dan baru kemudian dapat dilihat.
Adaptasi, jejas dan nekrosis dianggap sebagai suatu tahap gangguan progresif
dari fungsi dan struktur normal suatu sel. Kelainan retrogesif (regresif)
adalah merupakan suatu proses kemunduran.
Yang
termasuk kelainan retrogesif (regresif) :
1.
Atropi
Atropi adalah perubahan ukuran sel dari normal menjadi lebih
kecil akibat berkurangnya substansi sel sehingga jaringan yang disusun oleh sel
tersebut menjadi lebih kecil. Mengecilnya alat tubuh tersebut karena sel-sel
yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil. Jadi bukan mengenai
sei-sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh tersebut. Stroma tampaknya
bertambah yang sebenarnya relative karena stroma tetap.
Atropi
dibedakan menjadi :
a.
Atropi
fisiologik
Atropi fisiologik adalah atropi yang merupakan proses normal
pada manusia. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang sama sekali
selama masa perkembangan kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut tidak
menghilang pada usia tertentu malah dianggap patologik. Contoh : kelenjar
thymus, ductus thyroglosus. Misalnya pada atropi senilis, organ tubuh
pada usia lanjut akan mengalami pengecilan. Atropi senilis juga dapat disebut
atropi menyeluruh(general) karena terjadi pada seluruh organ tubuh. Atropi
menyeluruh juga terjadi pada keadaan kelaparan (Starvation).
Penyebab
atropi senilis adalah :
1.
Involusi
akibat menghilangnya rangsang tumbuh (growth stimuli),
2.
berkurangnya
perbekalan darah akibat arteriosclerosis
3.
berkurangnya
rangsang endokrin
Vaskularisasi berkurang karena arteriosklerosis akan
menyebabkan kemunduran pada otak sehingga menimbulkan kemunduran kejiwaan yang
disebut demensia senilis. Begitu pula rangsang endokrin yang berkurang pada
masa menopause menyebabkan payudara menjadi kecil, ovarium dan uterus menjadi
tipis dan keriput.
Starvation
atropi terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan untuk waktu yang lama misainya
pada yang tidak mendapatkan asupan makanan seperti orang terdampar dilaut,
padang pasir, atau pada orang yang mengalami gangguan saluran pencernaan
seperti pada striktura oesofagus. Karena itu alat-alat tubuh tidak mendapat
makanan cukup dan mengecil.
2. Atropi patologik
Atropi patologik dapat dibagi beberapa kelompok :
1. Atropi disuse adalah atropi yang
terjadi pada organ yang tidak beraktifitas dalam jangka waktu lama.
2. Atropi desakan terjadi pada suatu
organ tubuh yang terdesak dalam waktu lama.
3. Atropi endokrin terjadi pada organ
tubuh yang aktivitasnya tergantung pada rangsang hormon tertentu.
4. Atropi vaskuler terjadi pada organ
yang mengalami penurunan aliran darah hingga dibawah nilai krisis.
5. Atropi payah (exhaustion atrophy)
terjadi karena kelenjar endokrin yang terus menghasilkan hormone yang
berlebihan akan mengalami atropi payah.
6. Atropi serosa dari lemak terjadi
pada malnutrisi berat atau pada kakheksia. Jaringan lemak yang mengalami atropi
akan menjadi encer seperti air atau lender.
7. Atropi coklat juga memiliki hubungan dengan malnutrisi berat
atau kakheksia dan organ yang mengalami atropi adalah jantung dan hati.
2.
Degenerasi dan Infiltrasi
Degenerasi Ialah perubahan-perubahan morfologik akibat
jejas-jejas yang nonfatal. Perubahan perubahan tersebut masih dapat pulih
(reversible). Meskipun sebab yang menimbulkan perubahan tersebut sama, tetapi
apabila berjalan lama dan derajatnya berlebih akhirnya mengakibatkan kematian
sel atau yang disebut nekrosis. Jadi sebenarnya jejas sel (cellular injury) dan
kematian sel merupakan kerusakan sel yang berbeda dalam derajat
kerusakannya.Pada jejas sel yang berbentu degenerasi masih dapat pulih,
sedangkan pada nekrosis tidak dapat pulih (irreversible).
Infiltrasi terjadi akibat gangguan yang sifatnya sitemik dan
kemudian mengenai sel-sel yang semula sehat akibat adanya metabolit –metabolit
yang menumpuk dalam jumlah berlebihan. Karena itu perubahan yang awal adalah
ditemukannya metabolit-metabolit didalam sel. Benda-benda ini kemudian merusak
struktur sel.
Jadi degenerasi terjadi akibat jejas sel, kemudian baru
timbul perubahan metabolisme, sedangkan infiltrasi mencerminkan adanya
perubahan metabolisme yang diikuti oleh jejas seluler. Degenerasi dan
infiltrasi dapat terjadi akibat gangguan yang bersifat biokomiawi atau
biomolekuler. Sebagai contoh degenerasi dapat terjadi akibat anoxia. Infiltrasi
dapat terjadi akibat penumpuka glikogen didalam sel, karena itu disebut
infiltrasi glikogen.
3.
Gangguan Metabolisme
Memang setiap sel selalu terancam
mengalami kerusakan, tetapi sel hidup mempunyai kemampuan untuk coba
menanggulanginya. Jejas ini kemudian mengakibatkan gangguan dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak pada sel. Gangguan metabolisme
intraseluler ini akhirnya mengakibatkan perubahan pada struktur sel.
4.
Nekrosis
Akibat jejas yang paling ekstrim adalah kematian sel.
(celluler death). Celluler death dapat mengenai seluruh tubuh (somatic death)
atau kematian umum dan dapat pula setempat. Terbatas mengenai suatu daerah
jaringan teratas atau hanya pada sel-sel tertentu saja. Perubahan Morfologi
yang terjadi pada kematian sel dalam jaringan pada tubuh yang hidup disebut
nekrosis.
Sel yang diawetkan dalam larutan fiksatif(contoh formalin)
adalah sel mati tapi tidak mengalami nekrosis sebab sel tersebut tidak
menunjukkan perubahan morfologi sel.
Dua
proses yang menyebabkan perubahan pada nekrosis adalah :
1.akibat dari pencernaan oleh enzim yang ada dalam sel
2. denaturasi
protein.
Enzim katalitik berasal dari lisosom
sel itu sendiri yang mati, kemudian mencerna selnya sendiri, proses ini disebut
autolysis. Selain autolysis dapat juga terjadi heterolysis, yaitu sel yang mati
dicerna oleh enzim yang berasal dari lisosom sel leukosit yang datang kedaerah
nekrotik. Proses morfologi nekrosis tergantung dari peristiwa mana yang lebih
berpengaruh pada nekrosis tersebut apakah pencernaan oleh enzim atau denaturasi
protein. Jika denaturasi protein lebih berpengaruh pada proses nekrosis,
terjadilah proses nekrosis yang disebut nekrosis koagulativa. Namun sebaliknya,
bila pencernaan oleh enzim katalitik pada struktur sel lebih berpengaruh
disebut nekrosis liquefaktif atau nekrosis kolikuativa.
Massa yang terdiri dari sel-sel nekrotik akan menunjukkan
gambaran morfologi antara lain :
1)
Nekrosis
Koagulativa , banyak ditemukan, protein sel koagulasi , bentuk sel /susunan
jaringan masih terlihat (nekrosis struktural). Bila tidak
terlihat à nekrosis tanpa struktur o.k dicerna enzim
(nekrosis koliquativa pada tuberkulosis) Awal konsistensi
normal / kenyal /lunak
2)
Nekrosis
Koliquativa, jaringan tanpa stroma kuat, (misal: otak) à mencair à
kista
3)
Nekrosis
Lemak, trauma jaringan lemak, enzim lipase
4)
Nekrosis
Gangrenosa, dimulai: nekrosis iskemik àkuman à gangren basah/kering
5)
Nekrosis
Fibrinoid, hipertensi maligna à nekrosis lapisan muscularis à timbunan
fibrin
Nekrosis
dapat disebabkan oleh :
1)
Ishkemi
: perbekalan (supply) oksigen dan makanan untuk suatu alat terputus.
2)
Agens
biologik : Toksin bakteri yang dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh
darah dan thrombosis.
3)
Agens Kimia : dapat eksogen maupun endogen. Meskipun zat
kimia yang biasa terdapat dalam tubuh , seperti natrium dan glucose, tapi kalau
konsentrasinya tinggi dapat mengakibatkan nekrosis akibat gangguan osmotik sel.
Produk-produk metabolisme tubuh sendiri dapat bertindak sebagai racun, yang
disebut autointoksikasi, misalnya pada wanita hamil dengan keracunan kehamilan
(toxemia gravidarum), pada payah ginjal dapat menyebabkan uremi. Gas chloroform
tidak merusak paru-paru tetapi setelah diserap dapat merusak hati.
4)
Agen
fisik : Trauma, suhu yang sangat ekstrim baik panas atau dingin, tenaga
listrik, cahaya matahari, tenaga radiasi. Kerusakan sel dapat terjadi karena
timbul kerusakan protoplasma akibat ionisasi atau tenaga fisik, sehingga timbul
kekacauan tata kimia protoplasma dan inti.
5)
Kerentanan
(Ihypersensitivity) : kerentanan jaringan dapat timbul spontan atau secara
didapat(accuired) dan menimbulkan reaksi imunologik.
5.
Apoptosis
Apoptosis dan nekrosis sama-sama merupakan proses kematian
sel . Apoptosis adalah kematian sel per sel , sedangkan nekrosis melibatkan
sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami
penonjolan-penonjolan keluar tanpa disertai hilangnya integritas membran.
Sedangkan pada nekrosis akan mengalami kehilangnya integritas membran. Sel yang
mengalami apoptosis akan menciut dan membentuk badan apoptosis. Pada nekrosis
sel akan membengkak (proses peradangan) untuk kemudian mengalami lisis. Sel
aportosis lisosomnya utuh pada nekrosis mengalami kebocoran lisosom. Sel
yang mengalami apoptosis biasanya akan dimakan oleh sel yang berdekatan atau
yang berbatasan langsung dengannya dan beberapa makrofag. Nekrosis akan dimakan
oleh makrofag. Secara biokimia apoptosis terjadi sebagai respon dari dalam sel
yang mungkin merupakan proses fisiologis sedangkan nekrosis terjadi karena
trauma nonfisiologis.
6.
Postmortal
Kematian bukanlah akhir dari proses dalam tubuh yang
mengalami kematian.Tubuh akan terus mengalami perubahan. Perubahan ini dipengaruhi
oleh :
1. Suhu lingkungan sekitarnya
2. Suhu tubuh saat terjadi kematian
3. Ada tidaknya infeksi umum
Serangkaian perubahan yang terjadi setelah kematian tubuh
antara lain :
a.
Autolisis
; jaringan yang mati dihancurkan oleh enzim-enzim antara lain enzim dari
lisosom, mikroorganisme yang mengifeksi jaringan mati. Tubuh yang mati akan
mencair, kecuali jika dicegah dengan pengawetan atau pendinginan.
b.
Algor Mortis ; suhu tubuh menjadi dingin sesuai suhu
lingkungan memerlukan waktu 24 s/d 48 jam untuk menjadi dingin sesuai suhu
lingkungan. Suhu tubuh menjadi dingin karena proses metabolisme terhenti. Jika
ditempat yang dingin maka akan lebih cepat dingin, tetapi jika ditempat yang
panas akan lebih lambat.
c.
Rigor
Mortis (kaku mayat); timbul setelah 2 s/d 4 jam setelah kematian. Mencapai
puncak setelah 48 jam dan kemudian menghilang selama 3 sampai 4 hari.
d.
Livor
Mortis (lebam mayat) ; Nampak setelah 30 menit kematian dan mencapai puncaknya
setelah 6 hingga 10 jam.Lebam mayat timbul pada bagian bawah tubuh.
e.
Pembekuan
Darah postmortal ; beku darah post mortal berkonsistensi lunak, elastic dan
seperti gel, berbeda dengan thrombus yang konsistensinya keras dan kering.
f.
Jejas
postmortal ; enzim dalam tubuh masih aktif untuk beberapa waktu setelah
kematian. Jejas postmortal tidak dijumpai reaksi radang pada jejas, sedangkan
pada lesi antemortal Nampak reaksi radang.
g.
Pembusukan
; hancurnya tubuh yang mati karena invasi bakteri. Kulit menjadi kehijauan
setelah 1 sampai 2 minggu.
7.
Penimbunan pigmen
Pigment adalah substansi berwarna yang dapat merupakan bahan
normal dalam sel. Pigmen yang ada dalam tubuh dapat berasal dari endogen yang
disintesa dalam tubuh, dan eksogen berasal dari luar tubuh.
1. Pigmen eksogen dari luar tubuh misal
:
a. debu carbon
b. perak, masuk kedalam tubuh sebagai
obat-obatan
c. tanda rajah (tattoo)
3. Pigmen endogen
Hampir
seluruhnya berasal dari peruntuhan haemoglobin, meliputi :
·
Hemosiderin
; adalah pigmen yang berbentuk granular atau kristal dan berwarna kuning
keemasan hingga coklat dan banyak mengandung zat besi didalam sel
(intraselular). Haemosiderin dibentuk dalam 24 jam.
·
Hematoidin
; pigmen bentuk Kristal berwarna coklat keemasan, tidak mengandung zat besi dan
identik dengan bilirubin. Hematoidin merupakan pigmen ekstraselular.
Haemotoidin dibentuk dalam 7 hari.
·
Bilirubin
; pigmen normal yang dijumpai pada empedu, berasal dari haemoglobin tetapi
tidak mengandung besi. Jika konsentrasi pigmen dalam sel dan jaringan
meningkat, terjadi pigmentasi warna kuning yang disebut ikterus. Meskipun
didistribusikan keseluruh tubuh namun jumlah terbanyak ditemukan dalam hati
dengan produksi normal 0,2 – 0,3 gram, berasal dari penghancuran sel eritrosit
yang sudah tua oleh proses fagosif mononuclear di limpa, hati dan sumsum
tulang.
8.
Melanin
Melanin merupakan pigmen endogen yang berwarna coklat-hitam
dan dapat dijumpai pada rambut, kulit, iris mata dan lain-lain.
Pigmen melanin berasal dari yang oleh enzim tirosin oksidase
diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin (DOPA), selanjutnya DOPA oleh enzim
DOPA oksidase diubah menjadi melanin. Untuk kerja dari enzim tirosin oksidase
dan enzim DOPA oksidase diperlukan tirosinase (Cu).
Beberapa
hal yang dapat mengurangi pengurangan pigmen melanin :
§ Faktor yang menghalangi kualitas
enzim tirosinase.
§ Defisiensi tembaga (Cu)
§ Zat yang mengandung belerang seperti
glutation dan sistein.
Substansi yang mengandung belerang akan mengikat tembaga
yang diperlukan untuk pembentukan melanin. Meningkatnya suhu dan sinar
ultraviolet menyebabkan hyperpigmentasi.
Kegunaan pigmen melanin adalah melindungi tubuh dari sinar.
Hal ini didukung oleh tingginya karsinoma kulit pada kulit putih disbanding
kulit hitam. Berikut kelainan yang terjadi pada melanin :
v
hiperpigmentasi menyeluruh,
misal chloasma gravidarum, ACTH >> à penyakit
Addison
v
hiperpigmentasi lokal, misal bercak
tanpa penambahan melanosit (ephelides), neurofibromatosis
v
hipopigmentasi menyeluruh pada
albino
v
hipopigmentasi lokal, misal
vitiligo, bekas luka
9.
Mineral
Selain zat karbon, hydrogen, nitrogen dan oksigen yang
merupakan bagian terpenting dalam jaringan pada tubuh terdapat 13 macam unsur
lain yang juga sangat penting dalam kehidupan manusia, 7 diantaranya terdapat
dalam jumlah banyak yaitu kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium, chlor,
dan sulfur. Sedangkan 6 lainnya merupakan ‘trace elements” tetapi vital yaitu
besi, tembaga, mangan, yodium, kobal (Co), dan seng (Zn). Dalam makanan
sehari-hari sudah cukup, tetapi pengeluaran berlebihan (muntah, diare) atau
gangguan penyerapan dapat menimbulkan defisiensi.
Sebaliknya jumlah yang berlebihan dalam makanan atau
gangguan ekskresi, menimbulkan penimbunan yang berlebihan pada jaringan atau
cairan tubuh dan dapat menyebabkan gangguan metabolik, susunan kimiawi dan
gejala klinik yang nyata.
10. Defisiensi
Ketidak seimbangan nutrisi merupakan penyebab utama jejas
sel antara lain defisiensi protein, vitamin dan mineral. Jumlah lipid yang
berlebihan merupakan faktor pendukung terjadinya arteriosklerosis yang dapat menyebabkan
sel/jaringan mengalami defisiensi oksigen dan makanan. Jejas yang disebabkan
oleh defisiensi nutrisi antara lain Starvation, marasmus, kwashiorkor atau yang
lebih dikenal gangguan nutrisi.
B. ADAPTASI
SEL
Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :
Betuk reaksi sel jaringan organ / system tubuh terhadap jejas :
1.
retrogresif,
jika terjadi proses kemunduran (degenerasi/ kembali kearah yang kurang
kompleks).
2.
Progresif,
berkelanjutan berjaklan terus kearah yang lebih buruk untuk penyakit
3.
Adaptasi (penyesuaian) : atropi, hipertropi,
hiperplasi, metaplasi
Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.
Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.
a)
Atropi
o
Suatu
pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang sempurna dengan
ukuran normal.
o
Merupakan
bentuk reaksi adaptasi. Bila jumlah sel yg terlibat cukup, seluruh jaringan dan
alat tubuh berkurang atau mengalami atropi.
o
Sifat
:
ü
fisiologik
seluruh bagian tubuh tampak mengecil secara bertahap misalnya aging proses
ü
patologik
(pasca peradangan), misal keadaan kurus kering akibat marasmus dan kwashiorkor,
emasiasi / inanisi (menderita penyakit berat), melemahnya fungsi pencernaan
atau hilangnya nafsu makan
ü
umum
atau local.penurunan aktivitas endokrin dan pengaruhnya atas target sel dan
target organ.
o
Penyebab
atropi :
ü
berkurangnya
beban kerja
ü
hilangnya
persarafan
ü
berkurangnya
perbekalan darah
ü
hilangnya
rangsangan hormone
b)
Hipertropi
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh
(Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari ukuran normalnya.v
Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau local)
Hipertropi dapat membevri variasi fungsional :
jika yang sel parenkim yg membesar/meningkat
- jika hipertropi akibat proliferasi unsure stroma atauàmenurun penurunan fungsi.à sel parenkim terdesak àsubstansi antar sel
- Normal -- > hipertropi murni jika terjadi pada jaringan atas sel permanent dan dipicu oleh pengngkatan fungsi.missal otot rangka pada binaragawan
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat tubuh
(Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari ukuran normalnya.v
Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau local)
Hipertropi dapat membevri variasi fungsional :
jika yang sel parenkim yg membesar/meningkat
- jika hipertropi akibat proliferasi unsure stroma atauàmenurun penurunan fungsi.à sel parenkim terdesak àsubstansi antar sel
- Normal -- > hipertropi murni jika terjadi pada jaringan atas sel permanent dan dipicu oleh pengngkatan fungsi.missal otot rangka pada binaragawan
c)
Hiperplasia
Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel terkai.Ø
Ø Hanya dapat tetrjadi pada populasi sel labil ( dalam kehidupan ada siklus sel periodic, sel epidermis, sel darah) . atau sel stabil (dalam keadaan tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel hati sel epitel kelenjar.
Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf dan jantung)Ø
Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan secret atau produksi sel terkai.Ø
Ø Hanya dapat tetrjadi pada populasi sel labil ( dalam kehidupan ada siklus sel periodic, sel epidermis, sel darah) . atau sel stabil (dalam keadaan tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel hati sel epitel kelenjar.
Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf dan jantung)Ø
d)
Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lain :
Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel matur jenis lain :
Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn epitel skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
e)
Displasia
• Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.
• Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
• Jika jejas atau iritan dpt diatasi seluruh bentuk adaptasi dan displasia dapat noemal kembali.à
• Tetapi jika keadaan displasia berat keganasan intra epithelial/insituàdan tdk ditanggulangi
• Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat melngalami ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga timbul keadaan yg disebut displasia.
• Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
• Jika jejas atau iritan dpt diatasi seluruh bentuk adaptasi dan displasia dapat noemal kembali.à
• Tetapi jika keadaan displasia berat keganasan intra epithelial/insituàdan tdk ditanggulangi
f)
Degenarasi
o Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.
o Dalam sel jaringan terjadi :
o à akumulasi cairan atau zat dalam organel sel àStorage (penimbunan) sel mengembung/bengkak.àperubahan morfologik terurama dlm sitoplasma
disebut degenerasi bengkak keru (claude swelling). ào Sitoplasma keruh atau granuler kasar
- Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan filament mitokondria
- Terbentuk fragmen-partikel yg mengandung unsur lipid dan protein edema intrasel, disebutà peningkatan tekanan osmosis à(albumin) degenerasi albumin.
- Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi pembengkakan vesikel , akan tampak vakaula intra sel kemunduran inià disebut degenarasi vakuoler atau hidrofik
o Kedua proses degenerasi tersebut masih reversible.
o Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut degenerasi
o Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian disebut nekrosis
o Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai perubahan morfologik, akibat jejas nin fatal pada sel.
o Dalam sel jaringan terjadi :
o à akumulasi cairan atau zat dalam organel sel àStorage (penimbunan) sel mengembung/bengkak.àperubahan morfologik terurama dlm sitoplasma
disebut degenerasi bengkak keru (claude swelling). ào Sitoplasma keruh atau granuler kasar
- Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan filament mitokondria
- Terbentuk fragmen-partikel yg mengandung unsur lipid dan protein edema intrasel, disebutà peningkatan tekanan osmosis à(albumin) degenerasi albumin.
- Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi pembengkakan vesikel , akan tampak vakaula intra sel kemunduran inià disebut degenarasi vakuoler atau hidrofik
o Kedua proses degenerasi tersebut masih reversible.
o Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut degenerasi
o Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian disebut nekrosis
g)
Infiltrasi
Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk jika melampaui batasàmengalami jejas langsung seperti pd degenerasi) maka sel akan pecah. Dan debris el akan ditanggulangi oleh system makrofag.
[Attention!!] bentuk presentasinya dapat didownload disini
Bentuk retrogresidgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk jika melampaui batasàmengalami jejas langsung seperti pd degenerasi) maka sel akan pecah. Dan debris el akan ditanggulangi oleh system makrofag.
[Attention!!] bentuk presentasinya dapat didownload disini
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada hakekatnya patofisiologi
penyakit, mekanisme adaptasi, regenerasi dan nekrosis sel
saling berkaitan. Patofisiologi adalah reaksi fungsi tubuh terhadap suatu
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.Mekanisme adaptasi sel terdiri dari
organisasi sel yaitu unit kehidupan, kesatuan lahiriah yang terkecil
menunjukkan bermacam-macam fenomena yang berhubungan dengan hidup.dan selalu
berhubungandengan karakterristik makhluk hidup yaitu : bereproduksi, tumbuh,
melakukan metabolisme dan beradaptasi terhadap perubahan internal dan
eksternal.Regenerasi adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sel yang
bertujuan untuk mengisi ruang tertentu pada jaringan atau memperbaiki bagian
yang rusak dan Nekrosis adalah kematian yang utama.Sel yang mengalami kematian
secara nekrosis umumnya disebabkan oleh faktor dari luar secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
file:///D:/Document.Net/Zoom%20Net/perbedaan-antara-hipertropy-dan.html
Oleh:
Kelompok II
Muhammad Naharuddin
Ahmad Hamzah
Ignasius
Eka Kumalasari
Haslindah Syaharuddin
Hilda
Amalia Ramdhani Amrah
Alviyana S.
Hardianti
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
bagus mbak terimakasih...
BalasHapuskunjungi balik ya.. :) salam kenal
kembali kasih :)
Hapus