BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
AIDS dapat
diartikan sebagai sindrom dengan gejala penyakit infeksi opotunistik/ kanker
tertentu akibat penurunan system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia belum dapat dipastikan. Terdapat dua pendapat yaitu pendapat yang mengemukakan infeksi HIV di Indonesia sudah mengkhawatirkan dan mereka memperkirakan sudah lebih dari beribu orang yang terinfeksi HIV. Pendapat lain yang lebih optimis beranggapan infeksi di Indonesia berjalan lambat.
Jumlah orang yang terinfeksi HIV AIDS di Indonesia belum dapat dipastikan. Terdapat dua pendapat yaitu pendapat yang mengemukakan infeksi HIV di Indonesia sudah mengkhawatirkan dan mereka memperkirakan sudah lebih dari beribu orang yang terinfeksi HIV. Pendapat lain yang lebih optimis beranggapan infeksi di Indonesia berjalan lambat.
B.
Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan
dibahas dalam makalah yaitu :
1.
Jelaskan Defenisi dan Etiologi HIV / AIDS ?
2.
Jelaskan Manifestasi Klinis dan Patofisiologi HIV / AIDS ?
3.
Jelaskan Penatalaksanaan dan Komplikasi HIV / AIDS ?
4.
Jelaskan Konsep Asuhan
Keperawatan pada Klien HIV / AIDS ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini yaitu :
1. Menjelaskan Defenisi dan Etiologi HIV / AIDS.
2. Menjelaskan Manifestasi Klinis dan Patofisiologi HIV / AIDS.
3. Menjelaskan Penatalaksanaan dan Komplikasi HIV / AIDS.
4. Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien HIV / AIDS.
D.
Manfaat Hasil Penulisan
Adapun
harapan kami dengan adanya hasil penulisan makalah ini mudah-mudahan bisa
berguna sebagai berikut :
1.
Bahan pelajaran bagi
Mahasiswa Poltekes Makassar.
2.
Bahan bacaan di perpustakaan
Poltekes Makassar.
3.
Pengalaman berharga bagi
penyusun.
4.
Sebagai bahan masukan bagi
Mahasiswa yang ingin lebih memahami materi tentang Asuhan Keperawatan HIV / AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Defenisi HIV / AIDS
HIV ( Human Immunodeficiency Virus
) adalah virus pada manusia yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang
dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS
sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks
dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV.
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut
sepertii keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal
dan sebagainya ( Rampengan & Laurentz
,1997 : 171).
AIDS adalah kumpulan gejala penyakit
akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV yang di
tandai dengan menurunnya system kekebalan tubuh sehingga pasien AIDS mudah
diserang oleh infeksi oportunistik dan kanker. ( Djauzi dan Djoerban,2003).
AIDS diartikan sebagai bentuk
paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi
human immunodetciency virus HIV. (Suzane
C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
AIDS diartikan sebagai bentuk
paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun
tanpa dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan
berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas
yang jarang terjadi ( Center For Disease
Control And Prevention).
Kerusakan progresif pada system
kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( Orang Dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan
mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak
berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yakni sejenis virus RNA yang tergolong retrovirus.
Dasar utama penyakit infeksi HIV ialah berkurangnya jenis sel darah putih
(Limfosit T helper) yang mengandung marker CD4 (Sel T4). Limfosit T4 mempunyai
pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi kebanyakan fungsi-fungsi kekebalan, sehingga kelainan-kelainan fungsional
pada sel T4 akan menimbulkan tanda-tanda gangguan respon kekebalan tubuh.
Setelah HIV memasuki tubuh seseorang, HIV dapat diperoleh dari limfosit
terutama limfosit T4, monosit, sel glia, makrofag dan cairan otak penderita
AIDS.
Transmisi
infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1.
Periode jendela : Lamanya 4
minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2.
Fase infeksi HIV primer akut : Lamanya
1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3.
Infeksi asimtomatik : Lamanya
1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4.
Supresi imun simtomatik : Diatas
3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati,
lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5.
AIDS : Lamanya bervariasi antara
1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi
oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi
neurologist.
HIV dapat
ditemukan pada semua cairan tubuh penderita, tetapi yang terbukti penularannya
adalah melalui darah, air mani dan cairan serviks/vagina saja. Cara penularan
HIV/AIDS ini dapat melalui :
1.
Hubungan seksual
2.
Penerimaan darah atau produk
darah melalui transfusi darah
3.
Penggunaan alat suntik, alat
medis dan alat tusuk lain (tato, tindik, akupuntur, dll.) yang tidak steril
4.
Penerimaan organ, jaringan atau
air mani
5.
Penularan dari ibu hamil kepada
janin yang dinkandungnya.
6.
Sampai saat ini belum terbukti
penularan melalui gigitan serangga, minuman, makanan atau kontak biasa dalam
keluarga, sekolah, kolam renang, WC umum atau tempat kerja dengan penderita
AIDS.
C. Manifestasi Klinis
Adanya HIV dalam tubuh seseorang
tidak dapat dilihat dari penampilan luar. Orang yang terinfeksi tidak akan
menunjukan gejala apapun dalam jangka waktu yang relatif lama (±7-10 tahun)
setelah tertular HIV. Masa ini disebut masa laten. Orang tersebut masih
tetap sehat dan bisa bekerja sebagaimana biasanya walaupun darahnya mengandung
HIV. Masa inilah yang mengkhawatirkan bagi kesehatan masyarakat, karena orang
terinfeksi secara tidak disadari dapat menularkan kepada yang lainnya. Dari
masa laten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai berikut:
Gejala Mayor:
1.
Berat badan menurun lebih dari
10% dalam 1 bulan
2.
Diare kronis yang berlangsung
lebih dari 1 bulan
3.
Demam berkepanjangan lebih dari 1
bulan
4.
Penurunan kesadaran dan gangguan
neurologis
5.
Demensia/ HIV ensefalopati
Gejala Minor:
1.
Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2.
Dermatitis generalisata
3.
Adanya herpes
zostermultisegmental dan herpes zoster berulang
4.
Kandidias orofaringeal
5.
Herpes simpleks kronis progresif
6.
Limfadenopati generalisata
7.
Infeksi jamur berulang pada alat
kelamin wanita
8.
Retinitis virus sitomegalo
Ada beberapa
Tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1.
Tahap 1: Periode Jendela
a)
HIV masuk ke dalam tubuh, sampai
terbentuknya antibody terhadap HIV dalam darah
b)
Tidak ada tanda2 khusus,
penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)
Test HIV belum bisa mendeteksi
keberadaan virus ini
d)
Tahap ini disebut periode
jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan
2.
Tahap 2: HIV Positif (tanpa gejala)
rata-rata selama 5-10 tahun
a)
HIV berkembang biak dalam tubuh
b)
Tidak ada tanda-tanda khusus,
penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat
c)
Test HIV sudah dapat mendeteksi
status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibody terhadap HIV
d)
Umumnya tetap tampak sehat selama
5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya (rata-rata 8 tahun (di negara
berkembang lebih pendek)
3.
Tahap 3: HIV Positif (muncul
gejala)
a)
Sistem kekebalan tubuh semakin
turun
b)
Mulai muncul gejala infeksi
oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare
terus menerus, flu, dll
c)
Umumnya berlangsung selama lebih
dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya
4.
Tahap 4: AIDS
a)
Kondisi sistem kekebalan tubuh
sangat lemah
b)
Berbagai penyakit lain (infeksi
oportunistik) semakin parah
D. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel
dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan
sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan
dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan
reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel
killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim,
reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari
sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi
infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat
mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam
tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang
menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen
yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi
limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi
dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4,
maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya
fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan
gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini,
gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah
T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus
berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis
mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau
apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
E. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan
pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan rumusan ABCDE yaitu:
1.
A= Abstinence, tidak melakukan
hubungan seksual atau tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2.
B = Being faithful, setia pada
satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan seksual
3.
C = Condom, bagi yang beresiko
dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar selama berhubungan seksual
4.
D = Drugs injection, jangan
menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak steril atau digunakan secara
bergantian
5.
E = Education, pendidikan dan
penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV), maka pengendaliannya yaitu:
a)
Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,
mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis.
Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
b) Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk
penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat
replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim
pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya
<>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
c) Terapi Antiviral Baru
Beberapa
antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat
replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat
ini adalah :
·
Didanosine
·
Ribavirin
·
Diedoxycytidine
·
Recombinant CD 4 dapat larut
d) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya
rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka
perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses
keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
·
Pendidikan untuk menghindari
alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang
kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
·
Menghindari infeksi lain, karena
infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
F. Komplikasi
1.
Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek,
sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus
(HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
2. Neurologik
·
Kompleks dimensia AIDS karena serangan
langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi
social.
·
Enselophaty akut, karena reaksi
terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
·
Infark serebral kornea sifilis
meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
·
Neuropati karena imflamasi
demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
·
Diare karena bakteri dan virus,
pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan
efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
·
Hepatitis karena bakteri dan
virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual
muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
·
Penyakit Anorektal karena abses
dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan
efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena
Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal
nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus
herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi
scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi
skunder dan sepsis.
6. Sensorik
·
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada
konjungtiva berefek kebutaan
·
Pendengaran : otitis eksternal
akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
G. Pemeriksaan Penunjang
1.
Tes untuk diagnosa
infeksi HIV :
·
ELISA
·
Western blot
·
P24 antigen test
·
Kultur HIV
2. Tes untuk
deteksi gangguan system imun :
·
Hematokrit.
·
LED
·
CD4 limfosit
·
Rasio CD4/CD limfosit
·
Serum mikroglobulin B2
·
Hemoglobulin
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIV / AIDS
A. Pengkajian
1.
Riwayat Penyakit
Jenis infeksi
sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang
yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi
kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit
kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus,
anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan
penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji
status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta
terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
a)
Kerusakan respon imun seluler
(Limfosit T )
Terapiradiasi, defisiensinutrisi,
penuaan, aplasiatimik, limpoma, kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi
timik congenital.
b) Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis, mieloma,
hipogamaglobulemia congenital, protein – liosing enteropati (peradangan usus)
2. Pemeriksaan Fisik (Objektif)
dan Keluhan (Sujektif)
·
Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah
lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda :
Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas (Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
·
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang
lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda :
Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
·
Integritas dan Ego
Gejala :
Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari
doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda :
Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
·
Eliminasi
Gejala :
Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal,
nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
Tanda :
Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri
tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan
karakteristik urine.
·
Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia.
Tanda :
Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk,
edema
·
Hygiene
Gejala : Tidak dapat
menyelesaikan AKS.
Tanda : Penampilan tidak
rapi, kurang perawatan diri.
·
Neurosensori
Gejala :
Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda :
Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
·
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum /
local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda :
Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
·
Pernafasan
Gejala :
ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress
pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
·
Keamanan
Gejala :
Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun,
demam berulang,berkeringat malam.
Tanda :
Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
·
Seksualitas
Gejala :
Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi, menurunnya libido, penggunaan pil
pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes
genetalia
·
Interaksi Sosial
Gejala :
Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
·
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam
perawatan,prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok,
alkoholik.
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem imunologis HIV / AIDS adalah:
1.
Resiko tinggi terhadap infeksi
b/d pertahanan primer tidak efektif
2.
Resiko tinggi terhadap kekurangan
volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat
3.
Resiko tinggi terhadap tidak
efektifnya pola nafas b/d ketidakseimbangan muscular
4.
Resiko tinggi terhadap perubahan
faktor pembekuan b/d penurunan absorpsi VitaminK
5.
Perubahan nutrisi kurang dari
tubuh b/d perubahan pada kemampuan untuk mencerna b/d penurunan berat badan
6.
Nyeri kronik b/d inflamasi, keluhan
nyeri
7.
Kerusakan integritas kulit b/d
efisit imunologi, lesi kulit
8.
Perubahan membran mukosa oral b/d
defisit imunologi, candidiasis
9.
Kelelahan b/d perubahan produksi
energi metabolisme, kekurangan energi
10.
Perubahan proses pikir b/d
hipoksemia, perubahan lapang perhatian
11.
Ansietas b/d ancaman pada konsep
pribadi, peningkatan tegangan
12.
Isolasi sosial b/d perubahan
status kesehatan, perasaan ditolak
13.
Ketidakberdayaan b/d perubahan
pada bentuk tubuh, bergantung pada orang lain untuk perawatan
14.
Kurang pengetahuan mengenai
penyakit b/d tidak mengenal sumber informasi, permintaan informasi
C. Perencanaan Keperawatan.
Dx
|
Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1
|
Mengidentifikasi / ikut serta dalam perilaku yang megurangi resiko
infeksi mencapai masa penyembuhan luka / lesi tidak demam dan bebas dari
pengeluaran / sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari kondisi infeksi
|
a)
Cuci tangan sebelum dan sesudah
seluruh kontak perawatan dilakukan instruksikan pasien / orang terdekat untuk
mencuci tangan sesuai indikasi
b)
Berikan lingkungan yang bersih
dan berventilasi baik periksa pengunjung / staf terhadap tanda infeksi dan
mempertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
c)
Diskusikan tingkat dan rasional
isolasi pencegahan dan mempertahankan kesehatan pribadi
d)
Pantau tanda-tanda vital
termasuk suhu
e)
Bersihkan kulit / membran
mukosa oral terdapat bercak putih / lesi
f)
Periksa adanya luka / lokasi
alat infasif,perhatikan tanda-tanda inflamasi / infeksi lokal
g)
Bersihkan percikan cairan tubuh
/ darah dengan larutan pemutih 1 : 10
|
-
Mengurangi resiko terkontaminasi silang
-
Mengurangi patogen pada sistem
imun dan mengurangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial
-
Meningkatkan kerja sama dengan
cara hidup dan berusaha mengurangi rasa terisolasi
-
Memberikan informasi dasar
awitan / peningkatan suhu secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi yang baru dimana obat
tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat
disembuhkan
-
Kandidiasis oral, herpes, CMV
dan crytocolus adalah penyakit yang umum terjadi dan memberikan efek pada
membran kulit
-
Identifikasi / perawatan awal
dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya sepsis
-
Mengontrol mikro organisme pada
permukaan keras
|
2
|
Mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor
kulit baik, haluaran urine adekuat secara pribadi
|
a)
Pantau tanda-tanda vital
termasuk CVP, bila terpasang, catata hipertensi termasuk perubahan postural
b)
Kaji turgor kulit, membran
mukosa dan rasa haus
c)
Pantau pemasukan oral dan
masukan cairan sedikitnya 2500 ml / hari
|
-
Indikator dari volume cairan
sirkulasi
-
Indikator tidak langsung dari
status cairan
-
Mempertahankan keseimbangan
cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabakan membran mukosa
|
3
|
Mempertahankan pola pernapasan efektif membran mukosa tidak mengalami
sesak nafas / sianosis dengan bunyi nafas dan sinar x bagian dada yang bersih
/ meningkat dan AGD dalam batas normal pasien
|
a)
Tinggikan kepala tempat tidur usahakan
pasien untuk berbalik, batuk, menarik nafas sesuai kebutuhan
b)
Selidiki tentang keluhan nyeri
dada
c)
Berikan periode istirahat yang
cukup diantara waktu aktivitas pertahankan lingkungan yang tenang
|
-
Meningkatkan fungsi pernafasan
yang optimal dan mengurangi aspirasi / infeksi yang ditimbulkan karena
atelektasis
-
Nyeri dada pleuritis dapat
menggambarkan adanya pnemonia non spesifik / efusi pleura berkenaan dengan
keganasan
-
Menurunkan konsumsi O2
|
4
|
Menunjukkan homosatis yang ditunjukkan dengan tidak adanya perdarahan
mukosa dan bebas dari ekimosis
|
a)
Lakukan pemeriksaan darah pada
cairan tubuh untuk mengetahui adanya darah pada urine, feses dan cairan
muntah
b)
Pantau perubahan tanda-tanda
vital dan warna kulit
c)
Pantau perubahan tingkat kesadaran
dan gangguan penglihatan
|
-
Mempercepat deteksi adanya
perdarahan / penentuan awal dari therapi mungkin dapat mencegah perdarahan
kritis
-
Timbulnya perdarahan / hemoragi
dapat menunjukkan kegagalan sirkulasi / syok
-
Perubahan dapat menunjukkan
adanya perdarahan otak
|
5
|
Mempertahankan BB atau memperlihatkan peningkatan BB yang mengacu pada
tujuan yang diinginkan
|
a)
Kaji kemampuan untuk mengunyah,
merasakan dan menelan
b)
Timbang BB sesuai kebutuhan,
evaluasi BB dalam hal adanya BB yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian
pengukuran BB dan antropometrik
c)
Jadwalkan obat-obatan diantara
makan dan batasi pemasukan cairan dengan makanan, kecuali jika cairan
memiliki nilai gizi
d)
Dorong pasien untuk duduk pada
waktu makan
e)
Catat pemasukan kalori
|
-
Lesi mulut, tenggorokan, dan
esofagus dapat menyebabkan dispagia, penurunan kemampuan pasien untuk
mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan
-
Indikator kebutuhan nutrisi /
pemasukan yang adekuat
-
Lambung yang penuh akan
mengurangi nafsu makan dan pemasukan makanan
-
Mempermudah proses menelan dan
mengurangi resiko aspirasi
-
Mengidentifikasi kebutuhan
terhadap suplemen atau alternatif metode pemberian makanan
|
6
|
Keluhan hilangnya / terkontrolnya rasa sakit
|
a)
Kaji keluhan yeri, perhatikan
lokasi, intensitas (skala 1 – 10), frekuensi dan waktu menandai gejala non
verbal
b)
Dorong pengungkapan perasaan
c)
Lakukan tindakan pariatif mis:
pengubahan posisi, masase, rentang gerak pada sendi yang sakit
d)
Berikan kompres hangat / lembab
pada sisi infeksi pentamidin / IV selama 20 menit setelah pemberian
|
-
Mengindikasikan kebutuhan untuk
intervensi dan juga tanda-tanda perkembangan / resolusi komplikasi
-
Dapat mengurangi ansietas dan
rasa takut, sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa sakit
-
Meningkatkan relaksasi / menurunka
tegangan otot
-
Infeksi diketahui sebagai
penyebab rasa sakit dan abses steril
|
7
|
Menunjukkan tingkah laku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit /
meningkatkan kesembuhan
|
a)
Kaji kulit setiap hari, catat
warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan
b)
Pertahankan sprei bersih,
kering dan tidak berkerut
c)
Tutupi luka tekan yang terbuka
dengan pembalut yang steril atau barrier produktif
|
-
Menentukan garis dasar dimana
perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat
-
Friksi kulit disebabkan oleh
kain yang berkerut dan basah yang menyebabkan iritasi dan potensial terhadap
infeksi
-
Dapat mengurangi kontaminasi
bakteri, meningkatkan proses penyembuhan
|
8
|
Menunjukkan membran mukosa utuh, berwarna merah jambu, basah dan bebas
dari inflamasi / ulserasi
|
a)
Kaji membran mukosa / catat
seluruh lesi oral. Perhatikan keluhan nyeri, bengkak, sulit mengunyah /
menelan
b)
Berikan perawatan oral setiap
hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi halus, pasta sisi non abrasif,
obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab bibir
c)
Cuci lesi mukosa oral dengan
menggunakan hidrogen peroksida / salin atau larutan soda kue
d)
Anjurkan permen karet / permen
tidak mengandung gula
e)
Dorong pasien untuk tidak merokok
|
-
Edema, lesi, membran mukosa
oral dan tenggorok kering menyebabkan rasa sakit dan sulit mengunyah /
menelan
-
Mengurangi rasa tidak nyaman,
meningkatkan rasa sehat dan mencegah pembentukan asam yang dikaitkan dengan
partikel makanan yang tertinggal
-
Mengurangi penyebaran lesi dan
krustasi dari kandidiasis dan meningkatkan kenyamanan
-
Merangsang saliva untuk
menetralkan asam dan melindungi membran mukosa
-
Rokok akan mengeringkan dan
mengiritasi membran mukosa
|
9
|
Melaporkan peningkatan energi
|
a)
Kaji pola tidur dan catat
perubahan dalam proses berpikir / perilaku
b)
Rencanakan perawatan untuk
menyediakan fase istirahat. Atur aktivitas pada waktu pasien sagat berenergi.
Ikut sertakan pasien / orang terdekat pada penyusunan rencana
c)
Tetapkan keberhasilan aktivitas
yang realitas dengan pasien
|
-
Berbagai faktor dapat
meningkatkan kelelahan, termasuk kurang tidur, penyakit ssp, tekanan emosi
dan efek samping obat-obatan / kemoterapi
-
Periode istirahat yang sering
sangat dibutuhkan dalam memperbaiki / menghemat energi. Perencanaan akan
membuat pasien menjadi aktif pada waktu dimana tingkat energi lebih tinggi,
sehingga dapat memperbaiki perasaan sehat dan kontrol diri
-
Mengusahakan kontrol diri dan
perasaan berhasil, mencegah timbulnya perasaan frustasi akibat kelelahan
karena aktivitas berlebihan
|
10
|
Mempertahankan orientasi realita umum dan fungsi kognitif optimal
|
a)
Kaji status mental dan
neurologis dengan menggunakan alat yang sesuai. Catat perubahan orientasi,
respon terhadap rangsang, kemampuan untuk mencegah masalah, ansietas,
perubahan pola tidur, halusinasi dan ide paranoid
b)
Pantau adanya tanda-tanda
infeksi ssp, mis: sakit kepala, kekakuan nukal, muntah, demam
c)
Susun batasan pada perilaku mal
adaptif / menyiksa, hindari pilihan pertanyaan terbuka
d)
Diskusikan penyebab / harapan
di masa depan dan perawatan jika demensia telah terdiagnosa. Gunakan istilah
yang kongkret
|
-
Menetapkan tingkat fungsional
pada waktu penerimaan dan mewaspadakan perawat pada perubahan status yang dapat
dihubungkan dengan infeksi / kemungkinan penyakit ssp yang makin buruk,
stressor lingkungan, tekanan fisiologis, efek samping terapi obat-obatan
-
Gejala ssp dihubungkan dengan
meningitis / ensefalitis diseminata mungkin memiliki jangkauan dari perubahan
kepribadian yang tidak kelihatan sampai kekacauan mental, peka rangsangan,
mengantuk, pingsan, kejang dan demensia
-
Memberikan waktu tidur,
emngurangi gejala kognitif dan kurang tidur
-
Mendapatkan informasi bahwa A2T
telah muncul untuk memperbaiki kognisi dapat memberikan harapan dan kontrol
terhadap kehilangan
|
11
|
Menyatakan kesadaran tentang perasaan dan cara sehat untuk menghadapinya
|
a)
Jamin pasien tentang
kerahasiaan dalam batasan situasi tertentu
b)
Berikan informasi akurat dan
konsiste mengenai prognosis, hindari argumentasi mengenai persepsi pasien
terhadap situasi tersebut
c)
Berikan lingkungan terbuka
dimana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menahan diri
untuk berbicara
d)
Berikan informasi yang dapat
dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk orang terdekat
|
-
Memberikan penentraman hati
lebih lanjut dan kesempatan bagi pasien untuk memecahkan masalah pada situasi
yang diantisipasi
-
Dapat mengurangi ansietas dan
ketidakmampuan pasien untuk membuat keputusan / pilihan berdasarkan realita
-
Membantu pasien untuk merasa
diterima pada kondisi sekarang tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan
perasaan harga diri dan kontrol
-
Menciptakan interaksi personal
yang lebih baik dan menurunkan ansietas dan rasa takut
|
12
|
Menunjukkan peningkatan perasaan harga diri
|
a)
Tentukan persepsi pasien
tentang situasi
b)
Batasi / hindari penggunaan
masker, baju dan sarung tangan jika memungkinkan mis: jika berbicara dengan
pasien
c)
Dorong kunjungan terbuka,
hubungan telepon dan aktivitas sosial dalam tingkat yang memungkinkan
d)
Dorong adanya hubungan yang
aktif dengan orang terdekat
|
-
Isolasi sebagian dapat
mempengaruhi diri saat pasien takut penolakan / reaksi orang lain
-
Mengurangi perasaan pasien akan
isolasi fisik dan menciptakan hubungan sosial yang positif yang dapat
meningkatkan rasa percaya diri
-
Partisipasi orang lain dapat
meningkatkan rasa kebersamaan
-
Membantu menetapkan partisipasi
pada hubungan sosial dapat mengurangi kemungkinan upaya bunuh diri
|
13
|
Menyatakan perasaan dan cara yang sehat untuk berhubungan dengan mereka
|
a)
Kaji tingkat perasaan tidak
berdaya, mis: ekspresi verbal / non verbal yang mengindikasikan kurang
kontrol, efek daftar kurangnya komunikasi
b)
Dorong peran aktif pada
perencanaan aktivitas, menetapkan keberhasilan harian, yang realitas / dapat
dicapai dorong kontrol pasien dan tanggung jawab sebanyak mungkin,
identifikasi hal-hal yang dapat dan tidak dapat dikontrol pasien
|
-
Menentukan status individual
pasien dan mengusahakan intervensi yang sesuai pada waktu pasien imobilisasi
karena perasaan depresi
-
Memungkinkan peningkatan
perasaan kontrol dan menghargai diri sendiri dan tanggung jawab
|
14
|
Mengungkapkan pemahamannya tentang kondisi / proses dan perawatan dari
penyakit tertentu
|
a)
Tinjau ulang proses penyakit
dan apa yang menjadi harapan di masa depan
b)
Tinjau ulang cara penularan
penyakit
c)
Berikan informasi mengenai
penatalaksanaan gejala yang melengkapi aturan medis, mis: pada diare
intermiten, gunakan lomotil sebelum pergi kegitan sosial
d)
Tekankan perlunya melajutkan
perawatan kesehatan dan evaluasi
e)
Identifikasi sumber-sumber
komunitas, mis: rumah sakit / pusat perawatan tempat tinggal (bila ada)
|
-
Memberikan pengetahuan dasar
dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
-
Mengoreksi mitos dan kesalahan konsepsi,
meningkatkan keamanan bagi pasien / orang lain
-
Memberikan pasien kontrol
mengurangi resiko rasa malu dan meningkatkan kenyamanan
-
Memberi kesempatan untuk
mengubah aturan untuk memenuhi kebutuhan perubahan / individual
-
Memudahkan pemindahan dari lingkungan
perawatan akut, mendukung pemulihan dengan kemandirian
|
Keperawatan Medikal Bedah
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN
SISTEM IMMUNITAS
HIV / AIDS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
BUDIYONO MI’RAJ
NURMANSADA
IDUL
FITRIADI A S B I A N
AMALIA
RAMDHANI AMRAH HERAWATI
H U S N I BAYU KASMIRAN
ISMAIL
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
PRODI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2013 / 2014
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
HIV adalah suatu virus yang hidup dalam tubuh manusia, dan
dan dapat menyebabkan timbulnya AIDS, yang merusak sistem kekebalan tubuh
manusia, sehingga tubuh mudah terserang penyakit dan lam kelamaan akan
meninggal, sudah menjadi sifat manusia yang selalu ingin merasakan kenikmanatan
tanpa mempedulikan akibatnya, misalnya : melakukan perzinahan, penggunaan
narkotika suntikan, dan sebagainya. Kits umat manusia sudah mengetahui bahwa
perbuatan-perbuatan tersebut sangat dilarang,baik menurut ajaran agama
masing-masing maupun aturan hukum yang berlaku. Tetapi dari sebagian kita tetap
saja melakukan hal-hal tersebut, misalnya : WTS, Homoseks,Biseks, Mucikari, dan
orang-orang yang sering berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual
diluar nikah. Dan berbahaya, dan sampai saat ini belum ditemukan obatnya.
Adapun gejala-gejala yang dapat kita lihatpada penderita AIDS
yaitu demam yang berkepanjangan di sertai keringat malam, batuk dan sariwan
yang terus menerus,berat badan turun dengan drastis, dsb, yang akan di akhiri
dengan kematian.
AIDS merupakan cobaan atau bahkan hukuman daru Tuhan,yang
tidak pernah di duga oleh umat manusia.
B.
Saran
a)
Hendaknya kita selalu mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berusaha menghindarkan diri dari hal-hal
yang bisa menyebabkan AIDS.
b)
Bagi para generasi muda, jauhilah
obat-obatan terlarang terutama narkotika melalui alat suntik, alat-alat tato,
anting tindik, dan semacamnya yang bisa saja menularkan AIDS, karena alat-alat
aeperti itu tidak ada gunanya.dan hindarkan diri dari pergaulan bebas yang
bersifat negatif.
c)
Apabila ada seminar-seminar,
penyuluhan-penyuluhan, iklan ataupun brosur-brosur, yang mengimpormasikan tentang
AIDS, sebaiknya kita memperhatikan dengan baik, agar segala sesuatu tentang
AIDS dapat diketahui, sehingga kita bisa menghindarkan diri sejak dini dari
AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2000.
Suzanne C
Smeltzer, Keperawatan Medikal Bedah, EGC,
Jakarta, 2001.
Djausi, Samsu Rizal. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Duarsa,
N. Wirya. 2003. Penyakit Menular
seksual Edisi kedua. Jakarta :FKUI
Website :
http://pphipkabi.org
0 komentar:
Posting Komentar